Pengantar Prabowo adalah sosok kontroversial. Ratingnya tinggi dalam jajak pendapat tentang siapa presiden Indonesia periode mendatang. Bahkan tertinggi jauh melewati pesaingnya, sebelum akhirnya Joko Widodo menyalib dengan sangat telak. Sementara nama terakhir ini meski digadang-gadang oleh masyarakat, sampai kini belum resmi dicalonkan oleh partinya. Tarik ulur berbagai kepentingan dalam internal partainya bisa saja membuat Jokowi tak dicapreskan. Lho, siapa tahu?
Maka tak dapat ditolak pasti Prabowo yang akan menyodokkan kemenangan. Padahal Prabowo mempunyai masa lalu yang belum tuntas dia selesaikan, yaitu penculikan para aktivis pada tahun 1998. Sebenarnya sebelum kasus tersebut, Prabowo sudah mempunyai benih-benih keanehan serupa. Modus “penculikan” dan “kudeta” nyaris dia terapkan kepada atasannya ketika dia masih seorang kapten. Dia gagal sebagai seorang desainer tetapi cukup suskes untuk menghambat karir orang lain karena ia masih menantu Soehato Yang Mahakuasa waktu itu.
Posting ini merupakan ringkasan buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO. Ini bukan ringkasan seluruh buku itu. Saya hanya menukil bagian tertentu yang menceritakan hubungan Sintong Panjaitan dan Prabowo. Apakah lantas peristiwa dalam buku itu menjadi subjektif.
Ya tentu, lha memang ditulis dari sudut pandang Sintong, yang mengalami masa-masa kelabu dalam relasi dengan Prabowo. Kalau ada yang tidak setuju ya buat saja buku. Atau beri saya tautan dalam komentar Anda, sehingga orang lain mendapat bacaan yang berimbang.
Saya cuma ingin menjawab rasa penasaran para pembaca blog saya. Setiap kali saya membuka dashboard, pencairan dengan keyword Prabowo nangkring di angka tertinggi. Ada mencari kaitan Prawobo dengan Timor Leste, Prabowo dengan penculikan aktivis, dlsb., sampai juga pencarian kenapa Prabowo tetap menjomblo.
Yang terakhir ini – EGP – emang gue pikirin. Emang peran ibu negara penting apa? Saya positif thinking. Semakin banyak orang mencari tahu sosok Prabowo semakin orang tahu latar belakangnya sebelum akhirnya mengambil keputusan. Keputusannya bisa apapun: memilih atau tidak memilih. Yang penting tidak memilih kucing dalam karung. Setiap keputusan orang harus tahu konsekuensinya.
Dan saya ingin bangsa ini, terutama generasi mudanya semakin cerdas dan bernalar. Karena tulisan saya akan agak panjang maka saya bagi dua. Bagian pertama meringkaskan kisaran peristiwa pada Mei 1998 terutama relasi Prabowo dengan Habibi dan Sintong serta modus penculikan dan kudeta yang digunakan Prabowo di lingkungan ABRI. Bagian kedua nanti secara khusus saya ringkaskan tentang penculikan aktivis pada Mei 1998. Judul Buku: Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.
Penulis: Hendro Subroto dengan pengantar Prof. Taufik Abdullah. Penerbit: Kompas, Jakarta, April 2009. Tebal: 552 hlm + xxx PRABOWO DALAM PUSARAN PENCULIKAN DAN KUDETA 1. Prabowo dan Badai Mei Mei 1998 adalah bulan yang seharusnya tak boleh hilang dari ingatan Indonesia. Menjelang dan setelah Soeharto terjungkal dari kekuasaan dikatator militeristiknya, kekacauan besar terus melanda Jakarta. Empat mahasiswa Trisakti ditembak pada 12 Mei.
Dan sesudahnya eskalasi kekacauan terus membesar. Di berbagai tempat terjadi penjarahan, pemerkosaan dan pembakaran. Sutiyoso, waktu itu Gubernur DKI, mengumumkan bahwa sedikitnya 4.939 bangunan rusak dibakar dan 500 orang tewas. Kerugian material dan immaterial yang sugguh tak terperi.
Situasi Jakarta tak terkendali. Habibi sebagai wakil presiden tak berani mengambil keputusan untuk mengambil alih kendali sementara Priseden dan rombongannya sedang melawat ke Mesir. Pada saat genting itu hampir semua jenderal yang seharusnya bertanggung jawab mengamankan jakarta tak ada di tempat. Sebagian besar mereka pergi ke Malang menghadiri serah terima tanggung jawab Pasukan Pemukul Rekasi Cepat (PRRC) dari Divisi 1 kepada Divisi II Kostrad. Aneh bahwa mereka semua tidak mengetahui bakal ada keusuhan besar.
Pada 21 Mei Presiden Soeharto mundur dari kekuasaan dan menyerahkan kepada B.J. Sintong Panjaitan yang semula merupakan penasihat wapres bidang hankam kemudian naik pangkat menjadi penasihat presiden bidang hankam. Keesokan harinya Kivlan Zein dan Muchhdi PR diminta oleh Parnglima Kostrad Letjend Prabowo Subianto untuk menyampaikan surat yang ditandatangani oleh Jenderal A.H.
Nasution kepada presiden. Keduanya diterima oelh Sintong. Surat itu berisi saran agar Subagyo HS diangkat menjadi Panglima ABRI dan, Wiranto sebagai menteri Hankam dan Prabowo sebagai KSAD. Ternyata kemudian dalam bukunya Kivlan Zein mnegakui bahwa Jenderal A.H. Nasution hanya menadatangani saja.
Surat ditulis tangan oleh Kiivlan Zein sendiri karena Jenderal Nasution sedang sakit. Jadi tanggal 22 Mei pagi itu, Prabowo meminta Kivlan dan Muchdi PR untuk menemui Jenderal Nasution dan membuat surat kepada presiden. Habibi diketahui sangat menghormati Nasution. Pagi itu pula.
Wiranto melaporkan kepada presiden bahwa ada pergerakan pasukan Kostrad dari luar Jakarta ke Jakarta di luar sepengatahuannya. Konsentrasi pasukan juga ada di Patra Jasa, Kuningan, di sekitar kediaman Habibi. Habibi menganggap Wiranto jujur. Maka ia memerintahkan jabatan panglima Kostrad yang dipegang Prabowo harus diserahterimakan pada hari itu juga. Padahal Prabowo baru memegang jabatannya itu selama 63 hari.
Mengetahui dirinya diganti, Prabowo mendatangi istana pada pukul 15.00 dengan membawa 12 pengawal. Setelah menanyakan keberadaan presiden, Prabowo langsung menuju lantai dasar seterusnya naik lift ke lantai 4. Ia masih bersenjata lengkap. Tak seorang pun petugas menahannya. Mestinya semua orang yang akan bertemu presiden disterilkan dulu di lantai dasar. Sintong kemudian meminta seorang pengawal presiden untuk mendekati Prabowo dan memintanya menanggalkan senjatanya.
Untungnya Prabowo bersedia. Ia membuka kopel tempat menambatkan pistol, magasin peluru, pisau rimba dan peralatan lain. Prabowo diterima oleh Habibi. Saat ini ia minta kepada presiden untuk dihubungkan dengan Panglima ABRI. Saat itu seorang ajudan segera akan menghubungi Wiranto, tetapi Sintong beranggapan hal ini tidak etis. Maka ia melarang ajudan melakukannya. Kedatangan Prabowo ke istana pada kukul 15.00 itu aneh, sebab mestinya ia harus melakukan serah terima jabatan.
Kata Sintong kepada KSAD, Jenderal Subagyo HS, “Kalau KSAD tidak melakukan penggantian Prabowo sesuai perintah, maka kalian jadi satu paket.” Maksudnya KSAD juga akan diganti. Maka, saat itu juga KSAD mencari Prabowo. Sore itu dengan sikap hormat Prabowo menghadap KSAD dengan sikap hormat meski tetap dengan senjata di pinggangnya. Tidak lama kemudian, Prof.
Soemitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo, minta mengahadap presiden. Atas saran Sintong, sebaiknya presiden menolak bertemu langsung dan berbicara hanya lewat telepon saja. Presiden menerima saran itu.
Apa isi pembicaraan mereka berdua, pasti orang banyak akan paham. Sehubungan dengan penggantian Prabowo ini, Sintong Panjaitan menolak tegas tuduhan bahwa ia adalah otak di belakangnya. Ia mengatakan bahwa ia hanya mendukung segala sesuatu yang diputuskan oleh presiden sesuai kapasitasnya sebagai penasihat bidang hankam. Prabowo dan kudeta L.B.
Murdani Kalau Prabowo terlibat dalam kasus penculikan aktivis pada 1998, sebenarnya benih karakter tersebut sudah tumbuh jauh sebelum masa itu. Tahun 1983 Luhut Panjaitan, waktu itu berpangkat mayor dan Prabowo, kapten waktu itu, merupakan dua orang yang menduduki jabatan komandan dan wakil komandan Detasemen 81/ Antiteror. Satuan elit ini selalu mendapat pasokan informasi intelijen oleh staf Intelijen Hankam. Karena kedua badan ini saling erat terkait, maka Luhut hampir mengetahui semua gerak-gerik L.B. Murdani sebagai Asintel Hankam. Pada bulan Maret 1983, menjelang SU MPRR, Luhut dikejutkan oleh laporan anak buahnya bahwa Den 81/Antiteror sedang dalam status siaga atas perintah Kapten Prabowo Subianto. Mereka berencana untuk “mengambil” jenderal L.B.
Murdani dan beberapa nama lagi termasuk: Letjen Sudharmono, Marsdya Ginanjar Kartasasmita, dan Letjen Mordiono. Kepala Kasi2/Ops bahkan menerangkan bahwa mereka telah membuat rencana untuk mengamankan Presiden Soeharto ke markas Den81/Antiteror di Cijantung.
Luhut merasa aneh, bahwa ada permasalahan besar seperti itu, tetapi ia sebagai komandan tidak tahu apa-apa. Ia memerintahkan anak buahnya kembali “siaga ke dalam”. Senjata dan radio para anggota dikumpulkan di dalam kemar kerjanya. Ia tidur di kantor malam.
Prabowo ia panggil. Kepadanya Prabowo menjelaskan bahwa L.B. Murdani akan melakukan kudeta. Seluruh ruangan Den 81/Antiteror telah disadap.
Murdani telah memasukkan senjata ke Indonesia. Tentu saja Luhut tidak percaya. Tapi ia ingat betul satu kalimat Prabowo saat itu, “ Bang, nasib negara ini ditentukan oleh seorang kapten dan seorang mayor.” Luhut melaporakan masalah “kudeta” kepada Sintong Panjaitan, Komandan Grup 3/ Sandiyudha.
Oleh Sintong, Luhut disarankan untuk melapor kepada Brigjen Jasmin, Danjen Kopassandha. Berdua, Sintong dan Prabowo menhadap Pak Jasmin. Pak Jasmin tidak percaya laporan Prabowo, sehingga Prabowo marah-marah. Kemudian sekali lagi Pak Jasmin memanggil Luhut masuk ke ruangannya, sendirian tidak bersama Prabowo.
“Ada apa dengan Prabowo? Tampaknya ia stress berat. Tahan pasukanmu. Jangan ada yang bergerak!” demikian Brigjen Jasmin. Susudah kembali ke markas di Cijantung, Luhut menegur Prabowo dan menekankan kedudukan dirinya sebagai komandan dan Prabowo sebagai wakil komandan.
Ia menghadap Prof. Sumitro, ayah Prabowo, untuk memberi tahu bahwa Prabowo diberi cuti dua minggu. Alasannya Prabowo stress karena terjadi situasi di Cijantung yang “kurang pas”. Sumitro bisa memahami. Sintong mengetahui peristiwa ini lebih detil ketika beberapa waktu sesudahnya bertemu Brigjen Jasmin di Kariango, Makasar. Brigjen Jasmin bercerita bahwa Prabowo mengatakan kepadanya bahwa L.B. Murdani akan melakukan kudeta.
Karena itu Prabowo akan melakukan gerakan pasukan untuk menangkap L.B. Murdani dan beberapa perwira lainnya. Karena Brigjen Jasmin tidak percaya, Prabowo menuduh Brigjen Jasmin tidak setia kepada negara dan bangsa. Itu dikatakan sambil menuding-nudingkan telunjuknya ke wajah Brigjen Jasmin. “Bahkan Luhut yang menurunkan tangan Prabowo, “ tambah Brigjen Jasmin.
Lebih parah lagi Prabowo mengintai rumah Brigjen Jasmin sampai melompati pagar rumahnya. Kebenaran cerita Brigjen Jasmin ini dibenarkan oleh Marsdya Teddy Rusdi, pejabat Assiten Perencanaan Umum Panglima Tinggi ABRI. Teddy Rusdi telah mendampingi L.B. Murdani selama 20 tahun sejak lulus dari Seskoal. Teddy mengatakan rumahnya juga diintai oleh Prabowo sebab Prabowo menyangka di rumah Teddy sedang dilakukan persiapan kudeta oleh L.B. Kata Sintong dalam bukunya, adalah benar bahwa L.B. Murdani memasukkan senjata ke Indonesia tetapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan kudeta.
Senjata itu antara lain buatan Israel dan Perancis yang dibeli dari Taiwan untuk dijual kepada Pakistan dan nantinya akan disalurkan untuk pejuang Mujahidin di Afganistan. Operasi intelijen oleh L.B. Murdani digunakan untuk mencari dana dan peran Indonesia bagi perjuangan di Asia. Menurut Sintong Panjaitan, tuduhan kudeta ini sama sekali tidak berdasar. Tuduhan dilontarkan oleh seorang kapten yang “sakit” dan tidak punya perangkat untuk menyelidiki kebenaran. Mestinya terhadap Prabowo diambil tindakan.
Namun kenyataannya ABRI tidak berani mengambil tindakan karena segan terhadap Soeharto yang mungkin saja akan membela menantunya. Tentu saja segala peristiwa yang menyangkut dirinya itu diketahui oleh L.B.
Murdani sendiri, meski peristiwa itu tidak diperpanjang. Tetapi peristiwa itu merupakan titik awal di mana hubungan L.B. Murdani dan Prabowo tidak pernah lagi menjadi baik. Bahkan beberapa saat kemudian hubungan Luhut Panjaitan dan Prabowo juga ikut memburuk terutama karena kasus pembangunan jaringan intelijen di Den 81 / Antiteror. Luhut juga dilaporkan kepada Suharto: sekali lagi.
Akan melakukan kudeta kepada Soeharto! Perkembangan selanjutnya di lingkungan ABRI dikenal adanya “debennysasi”, orang-orang yang dekat dengan L.B. Murdani dibersihkan dari peran-peran strategis. Luhut yang mencapai pangkat jenderal bintang tiga pun tidak pernah menduduki jabatan pangdam bahkan kasdam pun tidak pernah. Sintong Panjaitan juga merasakan hal yang serupa. Ia mencermati dan menyimpulkan bahwa pada waktu itu setidaknya ada tiga kelompok dalam ABRI. Pertama adalah kelompok yang dekat dengan Soeharto, kedua adalah kelompok yang biasa saja dan ketiga adalah kelompok yang dekat dengan L.B.
Yang terakhir ini adalah kelompok yang kurang dipercaya oleh Soeharto. Apabila kelompok pertama membuat kesalahan mereka selalu dilindungi, kalau kelompok kedua fifty-fifty, kalau kelompok ketiga tiada maaf bagimu. Sintong sendiri menilai kedekatan dirinya dengan semua atasannya termasuk L.B. Murdani sebagai sikap prajurit yang profesional. Ia juga dekat dengan Try Sutrisno, Edy Sudrajat dll. Prabowo dan Penculikan Aktivis 1998 —– dilanjut.
Link terkait. Benny Murdani adalah seorang prajurit profesional, sehingga tidak memerlukan Sintong yang notabene adalah bawahannya unt5uk jadi tamengnya. Bahkan dengan Soeharto pun ia akrab. Relasi keduanya merenggang semenjak Benny menyarankan Soeharto untuk lengser karena sudah 20 tahun berkuasa dan juga meredam bisnis anak-anaknya. Yang “pasti” itu statement sampeyan ngawur karena tanpa argumen dan logika bung!
Tentang prefesionalitas Murdani baca buku ini dari pengmata asing supaya netral: (semoga anda bisa bahasa Inggris) Tentang penyesalan Suharto: Suka. Peristiwa dalam sejarah Indonesia sering berada dalam ruang remang-remang.
“Kebenaran sejarah” bisa jadi ditentukan oleh sang pemenang. Perhadapan dua kelompok “ABRI merah putih” dan “ABRI hijau” selain yang “netral” sangat bisa jadi adalah permainan Prabowo sendiri sebagaimana kita baca dari Robert Hefner (1999) di mana tahun 1996 Prabowo membangun aliansi politik dengan kelompok Islam konservatif. Aliansi ini tidak perlu dipermasalahkan sebab Islam sebagai bagian dari aktor strategis berhak terlibat dalam proses politik di Indonesia.
Permasalahannya yang mendasar adalah Prabowo dan aliansi politiknya menghembuskan rumor kepada publik bahwa bukan Soeharto yang menjadi akar persoalan krisis dan kerusakan di Indonesia, melainkan kekuatan Katolik, Sekuler, Nasionalis Jawa dan Tionghoa. Isyu ini juga yang sekarang sekali lagi dimainkan untuk melandasi sentimen publik sehingga gerakan Prabowo mejadi cukup masif di tingkat grassroot. Bagi saya Prabowo telah merusak pilar-pilar etika moral dan bangunan NKRI. Baca artikel ini: Disukai oleh. Waktu itu masih ada dua kekuatan besar di dunia yaitu Soviet dan US. US memngajak para kompradornya untuk membantu / mempersenjatai gerilyawan Mujahidin di pakistan / Afganisthan agar mereka mampu melawan pendudukan Uni Soviet. Apa boleh buat, kata orang jawa ibarat nulungi asu kejepit, sesudah dibantu malah menggigit penolongnya.
Pada akhirnya gerilyawan mujahidin bergandeng tangan dengan Al Qaeda dan merepotkan Us sendiri. Murdani hanya berpikir, dalam sikon waktu itu, kalau membeli dan menjual sendiri senjata itu, maka keuntungannya kan bisa dipakai untuk ABRI. Baca: Disukai oleh. Saya mah hapal sama lagu sumbang orang sejenis anda. Penduduk Indonesia ini 85% lebih di KTP tertera agamnya Islam loh.
Statement anda itu merendahkan meraka semua, seolah bodoh seperti anda. Apa mungkin yang 85% ini tak punya bargaining position terhadap pemerintah. Apa artinya Benny Murdani seorang diri. Lah pemerintahan Indonesia saat itu kan juga di tangan orang-orang Islam. Orang macam anda itu kalau gagal karena kelemahannya sendiri akan bernyanyi bahwa ia dididkriminasi, dipojokkan, korban konstipasi wahyudi mamarika salibis kacang buncis,dsb, buah dari ketidakmampuan membangun argumen berdasar data.
Dadi lanang mbok sing gagah, dadi manungsa mbok ikhtiar, ora imbas imbis, selalu merasa dirinya “korban”. Disukai oleh. Citra bahwa Prabowo tegas, tidak disetir barat, membangun ekonomi kerakyatan dll, itu cuma mitos “pencitraan”: selengkapnya baca ini Bapaknya memberontak thd Soekarno, ekonom neo-liberalis yang didukung US, bandingkan sekarang dia merasa dirinbya “anak ideologis Soekarno” – what a joke: baca doc. 257: Tentang bisnis keluarganya, Hashim dan hubungannya dengan Rothchild, yang membacking pencapresan Prabowo: dan. Sekarang konon Hashm orang terkaya no 32 di Indonesia dan akan menyodok urutan lebih tinggi kalau Prabowo me4nang. P ini mau “menasionalisasi” aset asing?
Makanya waktu issue ini diangkat buru-buru “diluruskan” oleh Hashim. @Sahabatku Akbar Aziz: fakta bahwa sekarang ada 2 calon presiden dan setiap orang berhak memilih salah satu atau golput, itu normatif. Masa lalu seseorang sangat penting diungkap, sebab masa lalu adalah titik pijak untuk masa yang akan datang. Seorang pemimpin tidak lahir dari kekosongan sejarah. Kalau ada yang tidak benar atau tidak jelas, sekarang waktu yang tepat untuk mengklarifikasi atau menyelesaikannya secara hukum. Bukan malah membombardir rakyat dengan manipulasi fakta dan janji yang tidak rasional.
![]()
Tujuan yang baik yaitu membangun masa depan bangsa Indonesia harus dijalankan dengan cara yang baik pula, tidak dengan menghalalkan segala cara. Don’t be a machiavellian politik yang baik adalah politik yang bisa mencapai tujuannya, apapun caranya.
Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando
Tidak ada hukum kecuali kekuatan yang dapat memaksakannya. We must believe and internalize what Socrates said. Politik adalah seni yang mengandung kesantunan.
Kesantunan politik diukur dari 7 prinsip etika: kebaikan hati, keberpihakan pada kehidupan, kesejahteraan umumj, subsidiaritas, solidaritas, hak asasi manusia dan penolakan pada kekerasan. Silakan anda mengukur prinsip-prinsip itu pada kedua calon. Kepada siapapun yang nanti terpilih sebagai presiden saya tetap bersikap kritis, karena itulah cara saya berpartisipasi dalam mendidik masyarakat (am a teacher by proffession).
Demokrasi memang kadang melelahkan karena memberi hak pada setiap orang untuk bersuara dalam koridor yang benar: hukum positif, etika moral dan kepekaan sosial. Mari bergandeng tangan dengan saya dan orang-orang lain dalam unsur -unsur keberbedaan Indonesia yang tetap selaras dan harmonis. Disukai oleh. Saya sudah baca pelan2 dari atas sampe bawah, wah terimakasih banyak mbak veronika atas ilmunya, saya cari cari bukunya sintong panjaitan nih. 3 kapan dilanjut mbak? Saya bookmark nih, saya cek tiap hari, siapa tau udah ada, hehe. Salut mbak tentang ” We must believe and internalize what Socrates said.
Politik adalah seni yang mengandung kesantunan. Kesantunan politik diukur dari 7 prinsip etika: kebaikan hati, keberpihakan pada kehidupan, kesejahteraan umum, subsidiaritas, solidaritas, hak asasi manusia dan penolakan pada kekerasan. Silakan anda mengukur prinsip-prinsip itu pada kedua calon.” Salah satunya “Penolakan pada kekerasan” atas nama apapun, apalagi atas nama agama.
Sekarang saya sudah mantap memilih yang mana ? Semoga Indonesia lebih harmonis dalam segala perbedaannya. Amin Disukai oleh. Milwi yandia; baca dari atas ke bawah, baca pula komentar-komentar, ada banyak link di situ yang merujuk referensi lain.
Coba anda beri argumen berdasar data – buku referensi yang diterbitkan oleh lembaga yang kredibel –, jangan asal njeplak, spamming di mana-mana. Tanpa mampu berargumen, andalah sampah virtual itu.
Silakan anda menulis sisi negatif capres yang lain atau sisi baik Prabowo, kalau anda mampu dan bagikan lewat buku, blog atau apapun. Kalau saya bilang Prabowo menculik para aktivis dan lantas dipecat dari TNI, itu bukan menjelek-jelekkan Ada banyak bukti valid tentang itu. Baru saja beredar surat pemberhentiannya dari DKP. Saya muak dengan cara Prahara dan pengikutnya menghalalkan segala cara demi kemenangan: memainkan sentimen agama, mencoba mobilisasi babinsa black campaign (terus koar-koar sendiri bahwa pihaknya adalah korban ) dan tentu saja menyewa panasbung seperti anda. Modus operandinya, anda puya banyak akun tapi tak berani mengungkap even brief identity, wajah tikus pula yang anda pasang sebagai profil pic Panasbung kebuka kedoknya di sini:. Sekarang mestinya sudah berbalik ya.
Setelah ada klarifikasi dari istana bahwa Prabowo bukan dipecat dengan tidak hormat melainkan diberhentikan dengan hormat (Soeharto sudah lengser ketika ini terjadi) dan menerima uang pensiun. Dan lagi pengakuan tim Mawar tentang ketidakterlibatan Prabowo dalam penangkapan atau yang sering disebut “penculikan” aktivis 98. Ditambah lagi kesaksian para mantan Kopassus yang menyatakan bahwa Wiranto-lah yang memerintahkan untuk membumihanguskan Jakarta dan dalang kerusuhan Mei 98. Mestinya kesaksian dan fakta tersebut sudah cukup bisa meredam segala asumsi yang dipaparkan di sini. Orang bisa saja menulis dan menerbitkan buku sesukanya, secara logika tidak mungkin dalam alam modern dimana komunikasi lancar seorang bawahan mengkudeta atasan yang jauh tingkatan kepangkatannya. Coba perhatikan, Prabowo ingin menculik beberapa atasannya dan rencana itu di beberkan kepada orang lain, itu sangat konyol walaupun misalkan prabowo tahu orang atau orang-orang itu bisa di percaya. Tulisan diatas sangat subyektif, seorang prajurit membeberkan kejelekan prajurit lain dalam korps nya adalah sebuah kejelekan, apalagi diumumkan kepada masyarakat dalam bentuk buku, itu adalah hasutan.
Seharusnya ikut aturan Negara, yaitu adili via institusi yang berwenang. Jika sampai dia membuat buku maka itu sudah pasti adalah hasutan dan itu pasti berat sebelah. Tidak ada kejelekan yang lebih jelek selain fitnah. Dari beberapa buku yang membahas peristiwa seputar 1997 – 1998 yang menyangkut perilaku Prabowo Subianto, baik karena terlibat penculikan atupun kerusuhan Mei, tentu ybs sendiri yang paling dirugikan. Tetapi sampai kini tak pernah ia menyanggah atau mengklarifikasi. Pada tahun 2006 ia juga menolak panggilan Komnas HAM untuk menjelaskan permasalahan itu secara terbuka.
Buku ini diterbitkan tahun 2009, di-launching secara terbuka dengan dihadiri sejumlah pensiunan jenderal dan tokoh-tokoh politik. Kalau tidak ada sanggahan atau tuntutan, masyarakat bisa menerjemahkannya sebagai salah satu kebenaran. Bahwa buku itu subjektif, tentu saja begitu karena dilihat dari sudut pandang penulisnya. Masyarakat tidak bodoh, masysrakat bisa melengkapi bacaannya dan merangkai kebenaran-kebenaran lain sehingga mampu membuat kesimpulan. Kalau anda punya kapasitas untuk menuntut Sintong Panjaitan, Kiki Syahnakri, Wiranto, B.J.
Habibi dll., dan penerbit yang menerbitkan buku-buku yang menyinggung Prabowo, silakan saja. Jangan cuma teriak-teriak di lapak ini. Bagus juga kalau anda mampu mefasilitasi negara agar segera ada sidang pengadilan ad hoc menyangkut semua peristiwa kejahatan kemanusiaan pada tahun 1998. Dengan begitu sejarah akan diluruskan, orang akan tahu siapa pengkhianat, siapa penjahat, siapa tukang fitnah, siapa maling teriak maling,dst.
Buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando
Dan anda akan dikenang sebagai tokoh pembela kebenaran dan rekonsiliasi. Berikut tautan Kontras, suatu lembaga yang kredibel, tetang buku tsb.
Open the Start menu in the lower left corner of your desktop. Select the All Programs menu item, then follow: Wondershare Uninstall.
Pasukan Para Komando
Note: After upgrading to Windows 8, the Uninstall tile may not be represented on the new Start screen. To access it, please right-click on any blank area of the screen, then click the All apps button in the lower right-hand corner of the screen.
All the programs installed on your PC will be displayed on the Appsscreen. The Uninstall item can be found in the Wondershare section.
Open the Start menu in the lower left corner of your desktop. Select the All Programs menu item, then follow: Wondershare Uninstall. Note: After upgrading to Windows 8, the Uninstall tile may not be represented on the new Start screen. To access it, please right-click on any blank area of the screen, then click the All apps button in the lower right-hand corner of the screen. All the programs installed on your PC will be displayed on the Appsscreen. The Uninstall item can be found in the Wondershare section.
Comments are closed.
|
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |